Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Indonesia

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Biduk Kebersamaan

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Rabu, 29 Februari 2012

INFORMASI BEASISWA

BEASISWA ASRAMA PLUS BUAT MAHASISWA

Penawaran Beasiswa berupa Asrama UICCI (www.UICCI.org) bekerjasama dengan Departemen Agama, dengan Fasilitas: Ruang Belajar, kamar tidur, ruang makan,mushola, kamar mandi, ruangan ber-AC, lemari baju, rak buku, makan 3 kali sehari, pelajaran Baca Al-Qur'an, Tajwid, Taqlim dan Fiqih Syafi'i, bahasa Arab, Bahasa Turki, Wi-fi, serta berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Turki setelah lulus kuliah.

Persyaratan
  • Laki-laki
  • Beragama Islam
  • Mahasiswa semester 1 dan semester 2
  • Rata-rata ijazah minimal 8 atau IP minimal 2.75
  • Melampirkan CV dan pas foto 3x4
  • Mengisi formulir pendaftaran (dapat di unduh di WEB-nya)
  • Memiliki keinginan untuk belajar agama islam
  • Tidak merokok dan tidak memakai narkoba, dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai Rp.6000
  • Berakhlak baik
  • Berdisiplin tinggi
  • Bersedia menaati segala peraturan Asrama

Alur pendaftaran
  1. Mengisi formulir pendaftaran
  2. Menyerahkan formulir, CV, dan Surat Pernyataan di tempat Asrama terdekat
    • Asrama 1 Jln.Cipinang Baru Raya no.25 Rawamangun Jakarta Timur (021-32300087)
    • Asrama 2 Jln.Pekayon no.16/B Pejaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan (021-78831688)
    • Asrama 3 Jln.Seruni no.8 Karangasem Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta (0274-561641)
  3. Melakukan wawancara
INGAT INI SEMUANYA GRATIS......

Al-Qaradhawi: Haram Hukumnya Berkunjung ke Al-Quds dengan Visa dari Israel

Ketua Persatuan Ulama Islam Dunia, Syaikh Yusuf al Qardhawi menegaskan haram hukumnya orang-orang non Palestina mengunjungi al Quds. Hal tersebut kembali dinyatakan Qardhawi merespon seruan Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas soal kunjungan orang Arab dan kaum muslimin ke al Quds.
 
Dia kembali menegaskan fatwanya yang terdahulu, “Adalah hak orang-orang Palestina untuk masuk ke al Quds sehendak mereka. Namun bagi orang-orang non Palestina tidak boleh mereka masuk al Quds.” Dia menjelaskan bahwa larangan kunjungan ini “agar tidak memberi legalitas kepada penjajah Israel. Karena itu siapa yang melakukan kunjungan berarti memberi legalitas kepada entitas perampas tanah kaum muslimin dan terpaksa harus berurusan dengan kedubes Israel untuk mendapatkan visa (masuk ke al Quds) dari Israel.”
 
Dari Doha, Qatar, Qardhawi menegaskan, “Seyogianya kita harus merasa bahwa kita dilarang masuk ke al Quds dan sedang berperang untuk al Quds sampai menjadi milik kita. Kita harus merasa bahwa tanggung jawab membebaskannya dan mengusir agresor Zionis dari sana adalah tanggung jawab seluruh umat Islam dan bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina saja.” Dia menembahkan, “Tidak masuk akal kita meninggalkan orang-orang Palestina sendirian menghadapi negara Zionis yang memiliki kemampuan militer besar.”
 
Qardhawi melanjutkan, “Al Quds tidak akan kembali kecuali dengan perlawanan, jihad dan upaya besar bangsa Arab dan umat Islam,” terutama dalam menghadapi penjajah Zionis Israel untuk mencegahnya mendekati masjid al Aqsha. Dia menegaskan bahwa “masjid al Aqsha adalah garis merah”. Karena itu dia memperingatkan kaum ekstrimis Zionis dari penyerang masjid al Aqsha dan berupaya memaksakan realitas dengan berulang-ulang melakukan penyerbuan terhadap al Aqsha.
 
Syaikh Qardhawi mengimbau kepada kaum muslimin di Gaza, Tepi Barat, Mesir, Yordania, Suriah dan semua yang ada di sekitar masjid al Aqsha agar membela masjid tersebut dan mempersiapkan diri untuk mengusir penjajah Israel.  (asw/pip/io)
 
Sumber :  http://www.al-ikhwan.net

Senin, 20 Februari 2012

Merindukan Jalan Dakwah

Judul Buku : Merindukan Jalan Dakwah
Penulis : Umar Hidayat 
Penerbit : Darul Uswah (Kelompok Penerbit Pro-U Media)

Setidaknya, ada tiga kategori aktifis dakwah. PERTAMA, mereka yang telah lama berdakwah dan masih ada di jalan dakwah. KEDUA, mereka yang ada di jalan dakwah tetapi semangatnya sedang melemah. Dan KETIGA, mereka yang futur dari jalan dakwah. Buku ini diawali dengan penyadaran kembali mengapa kita merindukan jalan dakwah. Bahwa dakwah "satu-satunya" adalah jalan yang disediakan Allah bagi hamba-Nya yang dibeli-Nya dengan harga surga. Maka dakwah memiliki sejumlah keutamaan yang sangat luar biasa.

Karena merupakan pekerjaan besar yang mulia dan berujung surga, jalan dakwah akan selalu berhadapan dengan ujian. Bagaimana aktifis dakwah menghadapi ujian itu, demikianlah ia akan lulus sebagai dai yang istiqamah atau terjatuh di jalan dakwah. Penulis (Umar Hidayat) membagi manusia ke dalam empat tipe ketika menghadapi ujian.

Ada manusia yang bertipe LEMPENG BESI. Seperti besi yang tahan panas lalu lama-lama memuai bahkan leleh, manusia tipe ini kuat bertahan pada awal ujian. Tetapi ketika ujian itu berlanjut, ia mulai melemah dan akhirnya kalah.

Ada yang tipenya KAYU RAPUH. Sedikit saja mendapatkan ujian ia akan putus asa. Bisa jadi dari luar kelihatan bagus, tetapi dalamnya rapuh. Dan itu terlihat nyata saat ujian datang kepadanya.

Ada pula manusia yang bertipe KAPAS. Mendapat tekanan, ia kembali ke bentuk semula. Ia bisa kembali bersemangat dan giat, meskipun saat mendapatkan ujian ia tertekan.

Dan yang paling hebat adalah tipe BOLA PINGPONG. Seberapa besar ujian datang, sebesar itulah ia bersemangat, bekerja, berharakah, berkontribusi dalam dakwah. Ujian hanya membuatnya semakin kuat dan berpengalaman.

UJIAN DAKWAH SEBUAH KENISCAYAAN

Dengan adanya ujian, sampailah seseorang kepada kedudukan mulia yang sebenarnya. Melalui jembatan itu ia diuji agar nyata sebagai orang yang terpuji. Melalui ujian, seseorang ditempa untuk mampu menghadapi godaan yang membinasakan. Baik itu hawa nafsu, nafsu jiwa, syaitan maupun dunia. Ujian yang dihadapi manusia pada hakikatnya berada dalam empat hal yang membinasakan itu, termasuk ujian dalam dakwah. Apakah dengan ujian itu ia mampu memenangkan imannya, atau ia terjatuh mengumbar hawa, menuruti nafsu, terbujuk syetan atau tertawan dunia. Ujian –termasuk dalam dakwah- juga harus ada karena melalui ujian itulah seseorang mendapati derajatnya meninggi.

BERSIAPLAH MENGHADAPI UJIAN DAKWAH

PERTAMA, mengokohkan keyakinan. Mengokohkan iman. Bahwa Allah SWT yang telah mewajibkan dakwah, maka Dia pula yang akan memberikan kekuatan kepada pengusungnya untuk kuat menanggung beban itu berikut segala ujian yang dihadapinya.

KEDUA, menguatkan tekad dan semangat dengan terus menyadari bahwa balasan surga menanti bagi dai yang ikhlas menempuh jalan ini. Senantiasa mendekat kepada-Nya dan memperbaiki kualitas hubungan dengan-Nya menjadikan seprang aktifis dakwah memiliki kekuatan tekad dan harapan mendapatkan surga terpancar di hadapannya. Setiap kali ujian menerpa, aktifis dakwah bisa mengingatkan dirinya bahwa jika ia menyerah maka surga takkan pernah diraihnya. Namun jika ia istiqamah, kesulitan yang membuatnya lelah dan berdarah-darah pastilah tidak seberapa jika dibandingkan dengan balasan berupa surga.

KETIGA, terus bekerja keras. Terus beraktifitas dalam dakwah. Terus melangkah di jalan dakwah. Sebab dengan terus bekerja, keyakinan akan membuncah, keraguan terhapuskan dan ujian terasa lebih ringan. Kerja keras adalah ekspresi keteguhan, sekaligus bukti bahwa kita merindukan jalan dakwah.

KEEMPAT, mengambil hikmah dari segala kejadian, termasuk kekalahan. Ketika dakwah berjalan sekian lama tetapi kemenangan belum kunjung tiba, sebagian orang menganggapnya sebagai kekalahan. Kalaupun itu dianggap kekalahan, seharusnya kita mampu mengambil hikmahnya dan memperbaiki diri serta jamaah untuk mendobrak kemenangan. Seperti perang Uhud yang tak pernah lagi terulang. Boleh kalah, tetapi sebab kekalahan tak boleh terulang.

KELIMA, selalu berdoa. Sebab dakwah ini adalah tugas dari Allah dan Dia-lah yang kuasa memenangkannya. Dia pula yang telah menurunkan ujian dan kuasa untuk menguatkan hamba-Nya. Maka berdoa adalah senjata yang tak boleh tanggal dari jalan dakwah kita.

KEENAM, senada dengan poin pertama dan kelima, yakinlah bahwa Allah senantiasa akan menolong hamba-Nya yang tengah berdakwah, berjuang menolong agama-Nya.

ISLAM SEBAGAI SOLUSI

Bagaimana mungkin seseorang yang menyatakan memperjuangkan Islam tetapi ketika ada masalah mengambil sesuatu di luar Islam sebagai solusinya? Maka amal-amal islami harus ditingkatkan, jumlah aktifis dakwah diperbanyak sekaligus kualitasnya ditingkatkan, maksiat ditinggalkan tak boleh diteruskan, shalat malam dibiasakan dan terus menerus memperbarui iman.

Banyak ulasan bermanfaat dan sarat hikmah dalam buku Merindukan Jalan Dakwah. Semoga review yang singkat ini menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk membaca sendiri buku itu.

Minggu, 19 Februari 2012

Ketidakberangkatan Menimbulkan Penderitaan

Serial Tabuk  -  2
Oleh : Cahyadi Takariawan

gambar ; Google

Ketidakberangkatan dalam kegiatan dakwah, selalu menimbulkan penderitaan bagi para aktivis. Seakan-akan memilih sikap yang enak, dengan tidak berangkat dan tidak mengikuti kegiatan dakwah. Namun yang didapatkan adalah perasaan menyesal dan menimbulkan penderitaan. Seperti yang dialami oleh Ka’ab bin Malik.

“Tampaknya aku ditakdirkan untuk tidak ikut ke Tabuk. Namun sungguh aku merasakan penderitaan batin sejak Rasulullah saw meninggalkan Madinah”.

Penderitaan Berkepanjangan

Pada awalnya Ka’ab masih merasa akan mampu menyusul Nabi dan para sahabat. Namun sampai hari berikutnya ia benar-benar tidak menyusul. Ia absen tidak berangkat ke Tabuk, padahal belum pernah ia absen dalam seluruh peperangan sebelumnya. Ia selalu hadir bersama Nabi dan para sahabat dalam semua aktivitas dakwah dan jihad. Baru kali ini ia absen. Namun apa yang dirasakannya kemudian ?

Perasaan bersalah, menyesal, terasing menyelimuti dirinya. Di semua sudut kota Madinah, isinya hanya dua bagian manusia. Satu bagian yang memang memiliki udzur syar’i untuk tidak berangkat ke Tabuk. Bagian lainnya adalah orang-orang munafik yang malas berangkat ke Tabuk dan memilih mengurus lahan perdagangan, pertanian dan keluarga. Lalu dimana posisi dirinya ?

Ia merasa bukan dari keduanya.

Maka muncullah perasaan menderita, merasa tidak nyaman, merasa tidak pada tempatnya, bagi kader yang tidak terlibat dalam dinamika dakwah. Walau mencoba menenangkan diri dengan berbagai dalil dan dalih, namun hati tidak bisa dibohongi. Berbagai alasan pembenaran diri hanya menenangkan orang-orang yang sudah terkotori hatinya. Namun bagi para aktivis yang selalu berusaha menjaga kebersihan jiwa, hatinya berkata jujur tentang apa yang sesungguhnya tengah terjadi.

Dari yang paling sederhana, paling kecil dan ringan dalam dakwah, sampai yang besar dan berat. Misalnya diundang rapat tidak hadir, padahal tidak ada alasan syar’i atas ketidakberangkatan tersebut. Tidak berangkat dalam jalsah ilmiyah, forum tarbiyah, kegiatan mabit dan lain sebagainya, padahal tidak ada udzur syar’i atas ketidakberangkatan itu. Tidak hadir dalam kegiatan mukhayam tarbawi, dalam aktivitas riyadhah jasadiyah, dan aneka kegiatan dakwah, tanpa kejelasan alasan.

Sepertinya sederhana. Toh sudah banyak yang datang rapat. Toh sudah banyak yang hadir dalam nadwah dan tarbiyah tsaqafiyah. Toh forum tarbiyah berjalan pekanan, sehingga masih banyak pekan lain yang akan bisa diikuti. Lalu mencoba mencari berbagai alasan, karena murabbi tidak simpatik, karena materi yang tidak menarik, karena forum yang tidak dinamis, karena manajemen kegiatan yang tidak rapi, dan seterusnya. Dikumpulkannya sejuta alasan atas ketidakberangkatan. Namun tidak akan bisa menenangkan hati, tidak akan bisa menenteramkan hati.

Karena semua aktivis mengetahui, bahwa seharusnya dirinya berangkat. Bahwa ketidakberangkatan adalah suatu aib yang tidak seharusnya terjadi. Maka berbagai alasan yang dihadirkan tidak akan bisa menghibur dirinya.

gambar ; GoogleKetidakberangkatan Menimbulkan Keterkucilan

Ketika para aktivis tengah sibuk dan bergiat dalam berbagai amal dakwah, maka ketidakhadiran akan menimbulkan perasaan keterkucilan.

“Bila aku keluar rumah, maka di jalan-jalan aku merasakan keterkucilan diri sebab aku tidak melihat orang kecuali orang-orang yang diragukan keislamannya. Merekalah orang-orang yang sudah mendapatkan rukhshah atau ijin Allah Ta’ala untuk udzur atau kalau tidak demikian maka mereka adalah orang-orang munafik. Padahal, aku merasakan bahwa diriku tidak termasuk keduanya”.

Ka’ab benar-benar merasa terkucil, saat Nabi dan para sahabat mulia telah meninggalkan Madinah menuju Tabuk. Dimana posisi dirinya saat itu ?

Dimana posisiku saat kalian semua berlelah-lelah dalam lapangan dakwah, sementara aku tersibukkan oleh pekerjaan dan urusan rumah ? Dimana posisiku, saat kalian semua berjuang memenangkan dakwah, sementara aku tidak punya waktu untuk itu ? Dimana posisiku, saat kalian semua berpagi-pagi telah memenuhi panggilan dakwah, sementara aku sibuk dengan keluargaku sendiri ? Dimana posisiku, saat kalian semua sampai larut malam masih terus bekerja untuk kemajuan dakwah, sementara aku disibukkan oleh urusan pribadi ?

Aku terkucil dengan sendirinya. Ketidakhadiran dalam dakwah, selalu menimbulkan perasaan keterkucilan.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di pernah menjelaskan tentang kebaikan, ”Salah satu bukti kebijaksanaan takdir dan hikmah ilahiyah, yaitu barangsiapa yang meninggalkan apa yang bermanfaat baginya -padahal memungkinkan baginya untuk memetik manfaat itu lantas dia tidak mau memetiknya- maka dia akan menerima cobaan berupa disibukkan dengan hal-hal yang mendatangkan madharat terhadap dirinya… Barangsiapa meninggalkan cinta, harap dan takut kepada Allah maka niscaya dia akan disibukkan dalam kecintaan kepada selain Allah, berharap dan takut karenanya…”

Maka demikian pula, barangsiapa meninggalkan dakwah, maka ia akan disibukkan dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan dakwah. Barangsiapa tidak bersama kafilah dakwah, maka ia akan disbukkan oleh kafilah lain yang tidak diikutinya. Ia menjadi terkucil. Barangsiapa menyengaja tidak hadir dalam agenda dakwah, maka ia akan disibukkan oleh agenda-agenda lain yang tidak memberikan kemanfaatan bagi dakwah.

Terkucil di jalan dakwah ? Itu karena ketidakhadiran dalam berbagai agenda dakwah. Penderitaan dan keterkucilan adalah akibatnya. Maka jangan pernah mencoba menyengaja membuat ketidakberangkatan dalam kegiatan dakwah yang seharusnya kita berangkat. Jangan pernah menyengaja menghindar dari dinamika dakwah yang semestinya kita berada di tengahnya. Jangan pernah menyengaja menjauh dari komunitas kebaikan yang seharusnya kita menjadi bagian utuh darinya.

Benar, jangan pernah lakukan itu.